Selamat Hari Ayah!
Bapakku
Sebenarnya, sudah
sejak lama aku pengen menulis tentang Bapak. I’am a lucky girl, aku diberkati
dengan mempunyai Bapak yang pekerja keras bangett, sangat penyayang meski ngga
tau cara mengungkapkan dengan perkataan. Tetapi aku yakin dan bisa merasakannya
sampai sekarang. Mungkin ini yang menjadi pesan tersirat dari puisi nya Gus Mus
mengenai Sidik Jari. Bapak ndak pergi, sidik jarinya masih disini dan ada
dimana-mana.
Sewaktu SMA ada program
literasi di sekolah. Dulu, aku ngga tau ternyata buku dengan kertas burem dan
cover tipis yang gampang lepas isinya itu buku bajakan. Karena harganya murah
dan aku suka baca buku, bayangkan 30 rb per buku dan novel-novel yang aku suka
ada semua. Ini menggiurkan dan susah ditolak. Belakang aku baru mengetahui
kalau buku bajakan sangat merugikan negara dan tidak menghargai penulis. Makanya
sekarang ngga pernah beli bajakan, hehe. Mungkin sekitas tahun 2015/2016 aku pengen
buku dan dibelikan Bapak di daerah Pancoran buku yang 100 rb dapat 3 tentu yang
paling aku suka salah Laskar Pelangi punya Andrea Hirata. Aku ndak akan bahas
buku itu sekarang, justru yang mengejutkan ada buku dari Kirana Kejora. Penulis
itu asing bagiku, tapi judulnya membuatku ingin segera membacanya. AYAH
MENYAYANGI TANPA AKHIR. Dan buku ini kenang-kenangan terakhir yang sangat indah
dari Bapak, mungkin ini juga mewakili perasaannya.
Uang Baru
Pelajaran yang
berharga dari Bapak meski ngga pernah bilang adalah soal keuangan (baca: aku
masih boros sampe sekarang sih). Sejak aku masuk sd aku sudah dapat jatah uang
jajan yang aku pegang sendiri, bayangkan! haha. Uang dari bapak selalu uang
baru yang kertasnya masih harum dan halus tanpa ada jejak lecek atau kena
lipat. Bapak pun juga ngelarang melipat uang, aku ngga tau maksudnya apa dengan
uang baru itu. Kalau dulu aku mungkin akan berpikir ini hal wajar dan biasa
aja. Tetapi engga, teman seusiaku harus minta uang tiap hari, atau tiap minggu.
Setelah waktu berlalu dan Bapak pergi ke Allah, ngga ada lagi yang ngasih aku
uang pecahan 2000, 5000, 10.000, 20.000 uang-uang baru yang fresh dari bank
dengan harum yang bikin jangan jajan saying kalau uangnya dipakai. Dan bukan
dari nilai uang nya yang bikin kangen Bapak, tapi perasaan yang baru menyadari
ternyata Bapak sesayang itu buat aku, adek, sama ibu, ngga pernah ngasih uang lecek
mesti ngasih yang terbaik dan selalu cukup, ndak banyak tapi cukup. Sampe sekarang
aku ngga pernah minta uang jajan, karena dikasih tiap bulan. Kalaupun ada
keperluan juga ngga pernah minta tapi dikasih. Bener-bener aku beruntung 😊
“IN IN INN”
Yupp betul ini nama
panggilanku di rumah, Indah. Ibuku dan adek biasa manggil, “Mba”. Sedangkan Bapak
punya panggilan beda sendiri, satu-satunya yang manggil kata awalan di nama tengahku,
“In Inn” Namanya pun khas banget. Aku jadi rindu. Kalau tetangga kebanyakan
manggil kan “Ndahhh Indaahhhh” wkwkwk.
Pendidikan
Bapakku menjunjung
tinggi Pendidikan. Aku ngga pernah nurut soal pilihan Pendidikan. Pas smp aku
disuruh lanjut smk, tentu saja aku membangkang dan mau sma. Btw, cita-cita ku
sd adalah bisa lanjut Pendidikan sampe S3, haha. Lanjut mau kuliah aku disuruh
ambil akuntansi karena Bapak dulu SMK jurusan akuntansi dan menurutnya peluang
kerja lebih banyak. Sedangkan aku SMA jurusan IPA peminatan Geografi dan masih
dapet Matematikan Peminatan yang ngga bikin minat ketemu pake banget. Sudah jelas
aku ngotot ngga mau dan sekarang aku nyemplung di jurusan Hukum. Aku sedang di
Hukum. Hmmm….
kita sambung lain kali yaa, selamat hari Ayah untuk Bapak, aku kirimkan Al- Fatihah, semoga Allah menjaga Bapak di Surga, aamiin.
��
BalasHapus